Dibalik Keberhasilan Suami Ada Istri yang Hebat
[AMBON] Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) Dr.Marlinda Irwanti,SE.Msi Dibalik keberhasilan dan kehebatan seorang istri ada suami yang lebih hebat.
“Jadi kalau kita bicara konteksnya seperti ini, berarti peran antara laki-laki dan perempuan baik itu, di rumah domestic maupun public punya pengaruh secara luas terhadap keberhasilan keduabelah pihak dan anak-anaknya,” katanya dalam Dialog Publik bertajuk Peran Istri Dibalik Sukses Suami yang diselenggarakan DPD FPPI Provinsi Maluku di Aula RRI Ambon, pekan lalu.
Kembali memang komitmen ketika kita memilih seorang suami, itu sebuah komitmen dengan segara resiko yang harus kita hadapi. Pilihan begitu banyak lelaki kita memilih bapak A, begitu banyak perempuan cantik bapak memilih si B. “Itu pilihan dan ketika kita memilih kita berkomitmen dan ketika komitmen dijalankan harus berani mengambil resikonya,” kata Marlinda.
Hal-hal sepeti itu dalam kehidupan tidak bisa terlepas. Bagaimana ketika komitmen itu kita lakukan, kita lakukan peran-peran keseimbangan yang baik, mengkomunikasikan dengan baik, ada kemauan masing-masing. “Intinya kita harus komunikasikan. Ketika seseorang ingin jabatan tertentu mestinya kalimat yang dimulai saya akan mendiskuisakn dan mengkomunikasikan kepada keluarga saya,” kata Marlinda yang juga istri mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh ini.
Karena akan ada pengorbanan, karena akan ada resiko-resiko yang akan dilakukan dalam keluarga. Jadi hal-hal yang mungkin sangat sederhana, ketika kita mengambil langkah-langkah yang lebih baik. Jadi ketika suami mendapat jabatan atau istri naik pangkat, harus komunikasikan ke keluarga siap atau tidak, manfaat apa yang kita peroleh. “Keluarga diajak bicara termasuk anak-anak. Diskusikan itu dalam keluarga sehingga ada kemudian peran-peran yang berubah,” tambah Marlinda yang saat ini juga menjabat Wakil Sekjen DPP Partai Golkar ini.
Senada dengannya Wakil Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pendeta Dr.Lies Mailoa-Marantika mengatakan, jika kita bicara dalam konteks masyarakat patriakhal maka pengalaman menjadi pejabat public lalu menjadi luput, tidak menjadi perhatian, namun itu sebuah keputusan, sebuah pilihan.
“Sebagai keluarga, sebagai pasangan yang selalu melihat suami dan istri dalam kerangka tanggungjawab yang sama untuk membangun kehidupan rumah tangga sehingga keseimbangan peran itu saling melengkapi tujuannya untuk membangun kehidupan rumah tangga,” kata Lies kepada SP menanggapi dialog public pekan lalu tersebut, Senin (14/1).
Menurut Lies, apa yang menjadi keberatan ketika suami dan istri begitu sibuk dan tidak punya kemampuan untuk memanage kesibukannya dilihat dalam kaitan bagaiman menten keluarga kemudian menjadi hancur dan anak-anak berantakan. “Saya pikir dalam masyarakat modern sekarang dimana suami dan istri apalagi dalam konteks kehidupan ekonomi yang cukup sulit, anak-anak sekolah tuntutan untuk suami dan istri bekerja supaya menopang kebutuhan keluarga dan kita menginginkan anak-anak mendapat pendidikan yang memadai, memang ada resikonya. Contoh perempuan dalam advokasi berani mengambil resiko yang menurut dia membawa perubahan bagi masa depan anak-anaknya,” katanya.
Bagaimana memainkan peran control ambisi suami peran control terhadap penyelenggaraan peran suami sehingga tidak terjebak dalam melakukan mengambil kebijaka-kebijakan tugas-tugas pejabat publik.
No comments:
Post a Comment